Berdirinya Vietnam Selatan dan Utara memang jadi topik yang menarik dalam sejarah. Meski akhirnya kedua negara ini bersaing dan berakhir dengan runtuhnya Vietnam Selatan, namun prosesnya begitu panjang dan berdarah-darah karena adanya Perang Vietnam.
Sebelum membagi wilayahnya menjadi 2 bagian, Vietnam berada di bawah jajahan Perancis. Kekuasaan Perancis di Vietnam mulai melemah ketika terjadi Perang Dunia II, apalagi saat itu aktivitas pergerakan di Vietnam mulai mempersiapkan kemerdekaan untuk negaranya.
Sejarah Munculnya Vietnam Selatan
Awal mula berdirinya Vietnam Selatan tak lepas dari adanya Viet Minh (Liga Revolusioner untuk Kemerdekaan Vietnam) yang di prakarsai oleh Ho Chi Minh dan kawan-kawannya dari Partai Komunis Indochina. Viet Minh berdiri pada tahun 1941 dan terus melakukan gerilya hingga 1945.
Dengan melemahnya kuasa Jepang di Vietnam pada 1945, Vietnam memerdekakan dirinya pada 2 September 1945. Kolonial Perancis yang sebelumnya bercokol di Vietnam tak terima dengan hal tersebut, Perancis kemudian meminta perundingan dengan Viet Minh, namun tak mendapat titik temu.
Puncak ketegangan antara Perancis dengan Viet Minh adalah terbentuknya negara boneka bernama Vietnam di tahun 1949. Perancis mendirikan Vietnam (yang nantinya menjadi Vietnam Selatan) dengan ibu kota Saigon.
Tak hanya itu, Perancis juga menunjuk pemimpin Dinasti Nguyen, Bao Dai, sebagai pemimpin negara tersebut. Ini membuat perseteruan Perancis dan Viet Minh makin meruncing, apalagi Viet Minh mendapat dukungan penuh dari Tiongkok dan Uni Soviet.
Untuk mencegah aliran komunisme berkembang di Asia saat itu, Vietnam Selatan mendapat dukungan dari Amerika Serika dan Inggris. Meski mendapat sokongan, namun di tahun 1950-an, sokongan bantuan dari Amerika Serikat mulai berhenti. Padahal saat itu Vietnam Selatan dan Utara tengah berkonflik.
Pada Maret hingga Mei 1954, akhirnya Perancis kalah dalam perang dengan Viet Minh. Kekalahan Perancis tersebut membuka jalan baru dengan kesepakatan dalam konferensi Jenewa. Dalam kesepakatan tersebut, ada beberapa poin penting yang harus disepakati, yakni:
- Pemisahan Vietnam menjadi Vietnam Utara dan Selatan.
- Memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan Laos.
- Mengadakan Pemilu pada Juli 1956 untuk unifikasi Vietnam dengan bantuan komisi internasional.
- Memerintahkan kedua belah kubu yang bersitegang untuk kembali ke tempat asal masing-masing.
Perang antara Vietnam Utara dan Selatan
Sayangnya perjanjian tersebut tak membawa kedamaian untuk kedua belah pihak. Perang Vietnam Utara dan Selatan mulai tampak di depan mata. Perang ini kemudian disebut sebagai Perang Indocina II dan berlangsung dalam kurun waktu yang panjang.
Ho Chi Minh, pemimpin Viet Minh saat itu, melanggar perjanjian Jenewa dan menyerang Vietnam Selatan pada 1957. Viet Minh mendapat dukungan dari Tiongkok, Korea Utara, dan Uni Soviet. Guna mempertahankan diri, Vietnam Selatan mendapat dukungan dari anggota SEATO.
Peperangan antara Vietnam Utara dan Selatan berlangsung selama 15 tahun, mulai dari tahun 1955 hingga 1970. Karena korban jiwa yang berjatuhan makin besar, akhirnya Vietnam Selatan dan AS sepakat untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Di tahun 1971, Presiden AS Richard Nixon menarik pasukannya dari Vietnam Selatan. Vietnam Selatan pun mulai berkomitmen untuk menjaga perdamaian dengan Vietnam Utara secara mandiri. Akhirnya di tahun 1972, Vietnam Utara, Vietnam Selatan dan Amerika Serikat berunding di Paris.
Pada tahun yang sama pula, diumumkan gencatan senjata antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara. Agar gencatan senjata yang dilakukan antara Vietnam Utara dan Selatan berlangsung baik, beberapa negara ditunjuk sebagai pengawas. Diantaranya Indonesia, AS, Kanada, Hongaria dan juga Polandia.
Sayangnya Vietnam Utara masih bersikeras ingin mengalahkan Vietnam Selatan dengan melanggar Perjanjian Paris. Amerika Serikat pun marah, Presiden Richard Nixon sekali lagi menerjukan pasukan ke Vietnam Selatan dan meranjau semua lalu lintas laut, jalur komunikasi dan transportasi Vietnam Utara.
Karena mendapat serangan fatal tersebut, akhrinya Vietnam Utara menyetujui gencatan senjata dari Perjanjian Paris. Sekali lagi Vietnam Selatan dan Utara menanda tangani perjanjian di Paris. Meski sudah menanda tangani perjanjian, namun kedamaian hanya sementara.
Runtuhnya Vietnam Selatan
Runtuhnya Vietnam Selatan dimulai pada tahun 1975 ketika Vietnam Utara sekali lagi menyerang Saigon, ibu kota Vietnam Selatan. Masyarakat Vietnam Selatan mulai panik, banyak dari mereka bergegas ke Amerika Serika dengan kapal induk yang AS kirimkan.
Gentingnya kondisi Vietnam Selatan membuat negara ini berganti pemimpin dua kali. Nguyen van Thieu digantikan oleh Tran van Huong. Walaupun sudah di ujung tanduk, AS ternyata tak mengirimkan bala bantuan untuk Vietnam Selatan. Inilah yang membuat Vietnam Utara unggul dalam peperangan.
Tran van Huong kemudian digantikan oleh Duong van Minh, namun baru sehari memimpin Vietnam Selatan, ibu kotanya diserang oleh Vietcong, pasukan gerilya dari Vietnam Utara. Pasukan mereka terus merengsek maju, menembakkan tembakan artileri dan menduduki posisi penting di Saigon.
Akhirnya pada 30 April 1975, Vietnam Utara mengibarkan bendera di istana Vietnam Selatan dan menandai berakhirnya negara tersebut. Jadi penyebab runtuhnya Vietnam Selatan adalah kalah perang dengan Vietnam Utara.
Kalahnya Vietnam Selatan juga menjadi awal bersatunya Vietnam menjadi negara yang utuh. Setahun kemudian, pada 2 Juli 1976, unifikasi Vietnam baru diumumkan. Vietnam menggunakan nama Republik Sosialis Vietnam, ini menandakan bahwa unsur utara dan selatan sudah ditiadakan.
Dampak Runtuhnya Vietnam Selatan
Dampak runtuhnya Vietnam Selatan dirasakan oleh banyak pihak, mulai dari masyarakat Vietnam sendiri hingga dunia internasinoal, diantaranya adalah:
1. Berakhirnya Perang Saudara
Perang saudara antara Vietnam Utara dan Selatan berlangsung panjang dengan jumlah korban jiwa yang besar. Tercatat ada sekitar 4 juta jiwa rakyat Vietman ataupun rakyat negara lain yang dipaksa berkorban nyawa hanya untuk kepentingan politik.
2. Perubahan Nama Saigon
Saigon, ibu kota Vietnam Selatan, akhirnya berubah nama setelah Vietnam Utara mendudukinya. Saigon berubah nama menjadi Ho Chi Minh, sebab ada anggapan bahwa Saigon bekas kekuasaan Perancis dan Vietnam Selatan serta menjadi simbol anti komunis.
3. Tumbuhnya Komunisme di Asia Tenggara
Komunisme mulai berkembang di Vietnam dan negara lainnya, terutama di Laos dan Kamboja. Figure yang berkuasa di kedua negara tersebut, yakni Pathet Lao di Laos dan Pol Pot di Kamboja, merupakan efek domino dari komunisme.
4. Amerika Mengalami Kerugian
Amerika Serikat mengalami kerugian dalam Perang Indocina yang terjadi di Vietnam. Dukungannya pada Vietnam Selatan menghabiskan personil perang dan anggarannya. Ini pun diperkuat dengan meningkatnya sentiment anti perang yang ada di AS.
5. Konflik Indocina Berlanjut
Meskipun konflik yang ada di Vietnam selesai, namun perang saudara di negara lain seperti Laos, Kamboja dan Tiongkok – Soviet masih terus berlanjut. Persengketaan tersebut terjadi di hampir semua negara komunis. Konflik tersebut baru mereda pada tahun 1990 ketika Uni Soviet runtuh.
Perjalanan runtuhnya Vietnam Selatan memang panjang dan memakan banyak korban. Dengan runtuhnya Vietnam Selatan, maka Vietnam berubah menjadi negara komunis secara keseluruhan dan menjadi penanda kemenangan Blok Timur atas Blok Barat di Asia Tenggara.
Baca Juga: