Thrifting, atau mencari barang-barang bekas yang masih layak pakai di pasar loak atau toko barang bekas, semakin populer di kalangan milenial dan generasi Z. Ada apa dengan thrifting?
Dulu, aktivitas ini seringkali dianggap sebagai pilihan yang hanya dipilih oleh mereka yang memang terpaksa membeli barang-barang bekas karena terbatasnya dana. Namun, saat ini thrifting semakin menjadi tren yang semakin diikuti oleh banyak orang, terutama di kalangan generasi muda.
Ada Apa dengan Thrifting? Simak 10 Alasan Thrifting Jadi Semakin Populer
Belakangan, masyarakat pun menjadi bertanya-tanya ada apa dengan thrifting? Mengapa popularitasnya semakin meroket di kalangan milenial dan generasi Z? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi popularitas thrifting di antaranya adalah karena alasan berikut:
1. Harga yang Lebih Terjangkau
Salah satu faktor utama yang membuat thrifting semakin populer adalah harga yang lebih terjangkau. Harga barang-barang impor bekas di pasar loak atau toko barang bekas biasanya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga barang-barang baru.
Hal ini membuat thrifting menjadi pilihan yang sangat menarik bagi mereka yang ingin membeli barang-barang berkualitas namun tetap hemat biaya.
2. Kecenderungan untuk Mengurangi Konsumsi
Selain faktor harga, kecenderungan untuk mengurangi konsumsi juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi popularitas thrifting di kalangan milenial dan gen Z.
Mereka menyadari bahwa konsumsi berlebihan dapat menyebabkan masalah lingkungan yang serius, seperti pemanasan global dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, mereka cenderung memilih untuk membeli barang-barang bekas daripada membeli barang-barang baru yang tidak diperlukan.
3. Mengadopsi Gaya Didup Minimalis
Gaya hidup minimalis juga menjadi faktor yang mempengaruhi popularitas thrifting di kalangan generasi milenial dan generasi Z. Gaya hidup ini mendorong orang untuk hidup dengan barang-barang yang cukup saja dan menghindari pemborosan.
Dengan memilih untuk membeli barang-barang bekas, mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang lebih efisien dan tidak menyia-nyiakan sumber daya.
4. Meningkatkan Kesadaran Sosial
Meningkatnya kesadaran sosial juga menjadi faktor yang mempengaruhi popularitas thrifting di dua kalangan generasi ini. Mereka menyadari bahwa membeli barang-barang bekas dapat membantu mengurangi limbah dan mendukung gerakan daur ulang.
Alasan tersebut memungkinkan mereka untuk membeli barang-barang dengan cara yang lebih bertanggung jawab dan berkontribusi terhadap lingkungan dan masyarakat.
5. Menemukan Barang-barang Unik dan Langka
Alasan meroketnya popularitas thrifting berikutnya adalah memudahkan konsumen dalam mencari barang-barang unik dan langka. Generasi milenial dan gen Z menyukai keunikan dan keaslian barang-barang bekas yang tidak dapat ditemukan di toko-toko konvensional.
Thrifting memberi mereka kesempatan untuk menemukan barang-barang yang unik dan langka yang mungkin tidak mereka temukan di toko-toko lain.
6. Tren Mode yang Berubah-ubah
Tren mode yang berubah-ubah juga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi popularitas bisnis pakaian barang bekas impor di kalangan milenial dan generasi Z.
Kalangan tersebut menyadari bahwa mode selalu berubah dan barang-barang bekas seringkali memiliki nilai historis atau sentimental yang tidak dapat ditemukan pada barang-barang baru.
Oleh karena itu, thrifting menjadi cara yang populer untuk menemukan pakaian dan aksesori vintage yang cocok dengan tren mode terkini.
7. Meningkatnya Popularitas Fashion Berkelanjutan
Jika ditanya ada apa dengan thrifting? Mungkin alasan satu ini bisa menjadi alasan yang logis mengenai meningkatnya popularitas thrifting.
Fashion berkelanjutan adalah gerakan mode yang bertujuan untuk mengurangi limbah dan dampak negatif industri fashion terhadap lingkungan dan masyarakat.
Mereka yang mengikuti gerakan ini cenderung memilih untuk membeli barang-barang bekas daripada membeli barang-barang baru yang tidak ramah lingkungan.
8. Menstimulasi Kreativitas
Thrifting juga dapat menstimulasi kreativitas di kalangan milenial dan generasi Z. Mereka yang gemar thrifting seringkali menemukan barang-barang bekas yang membutuhkan perbaikan atau modifikasi untuk membuatnya terlihat baru dan segar.
Hal ini memberi mereka kesempatan untuk mengasah keterampilan kreatif mereka dan menciptakan sesuatu yang unik dan personal.
9. Berkontribusi pada Ekonomi Lokal
Thrifting juga dapat membantu memperkuat ekonomi lokal. Banyak pasar loak atau toko barang bekas dikelola oleh pedagang kecil atau individu yang mencari nafkah. Dengan membeli barang-barang bekas dari mereka, kita dapat membantu mendukung usaha mereka dan memperkuat ekonomi lokal.
10. Mencari Pengalaman Berbelanja yang Berbeda
Terakhir, thrifting juga menjadi populer di kalangan milenial dan generasi Z karena memberikan pengalaman berbelanja yang berbeda dari toko-toko konvensional.
Mereka yang mencari barang-barang bekas seringkali menemukan kepuasan dalam mencari barang yang sesuai dengan selera mereka dan dapat menghabiskan waktu berjam-jam di pasar loak atau toko barang bekas.
Pengalaman ini dapat menjadi hal yang menyenangkan dan berbeda dari pengalaman berbelanja di toko-toko modern.
Dampak Thrifting bagi Industri Pakaian di Indonesia
Thrifting memang menjadi tren belakangan ini, namun terdapat beberapa dampak yang dapat terjadi pada industri pakaian di Indonesia. Berikut beberapa dampak yang ditimbulkan dari peningkatan fenomena thrifting:
1. Penurunan Permintaan terhadap Produk Baru
Dampak pertama yang mungkin terjadi adalah penurunan permintaan terhadap produk pakaian baru. Hal ini bisa terjadi karena semakin banyak orang yang memilih untuk membeli barang bekas daripada barang baru.
Jika ini terjadi secara masif, maka industri pakaian di Indonesia dapat mengalami penurunan penjualan yang signifikan.
2. Dampak terhadap Industri Pakaian Lokal
Jika popularitas thrifting semakin meningkat, maka hal ini dapat berdampak pada industri pakaian lokal di Indonesia. Industri pakaian lokal harus bersaing dengan barang impor bekas yang dijual dengan harga yang lebih murah.
Hal ini bisa menyebabkan industri pakaian lokal kehilangan pangsa pasar dan bahkan bisa gulung tikar jika tidak mampu bersaing.
3. Perubahan Tren Fashion
Tren fashion juga dapat berubah akibat popularitas thrifting. Karena semakin banyak orang yang memilih untuk membeli barang bekas, maka tren fashion bisa berubah menjadi lebih vintage dan retro.
Fenomena tersebut dapat mempengaruhi industri pakaian di Indonesia yang harus menyesuaikan diri dengan tren fashion yang berubah.
4. Peluang Bisnis Baru
Meskipun demikian, popularitas thrifting juga dapat memberikan peluang bisnis baru bagi industri pakaian di Indonesia. Industri pakaian bisa memanfaatkan barang-barang bekas untuk menciptakan produk-produk baru yang lebih kreatif dan inovatif.
Peluang bisnis baru pun dapat tercipta dan meningkatkan daya saing industri pakaian di Indonesia.
5. Mengurangi Limbah Pakaian
Dampak positif lainnya dari popularitas thrifting adalah dapat membantu mengurangi limbah pakaian di Indonesia. Semakin banyak orang yang memilih untuk membeli barang bekas, maka semakin sedikit pakaian yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Sehingga, thrifting bisa membantu mengurangi jumlah limbah pakaian dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Secara keseluruhan, dampak thrifting terhadap industri pakaian di Indonesia masih tergolong kecil. Namun, dengan semakin meningkatnya popularitas thrifting, maka dampak tersebut bisa menjadi semakin besar.
Oleh karena itu, perlu ada upaya-upaya untuk mengoptimalkan dampak positif dari popularitas thrifting dan meminimalkan dampak negatifnya bagi industri pakaian di Indonesia.
Sehingga jika ada pertanyaan, ada apa dengan thrifting? Ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi popularitas thrifting di kalangan milenial dan generasi Z. Menurut Anda, faktor mana yang paling berpengaruh?
Baca Juga: