Home » Terbaru » Pendidikan » Penyebab Konflik Yugoslavia, Penyelesaian dan Dampaknya

Penyebab Konflik Yugoslavia, Penyelesaian dan Dampaknya

izan_alhasani October 9, 2024

Yugoslavia awalnya merupakan negara federal yang berisi 6 negara. Namun setelah terjadinya konflik Yugoslavia, keenam negara ini memisahkan diri dan membuat negara Yugoslavia runtuh. Keruntuhan negara Yugoslavia tak berlangung semalam, namun berlangsung bertahun-tahun.

Konflik yang terjadi di Yugoslavia berlangsung cukup lama, muali dari tahun 1990 hingga awal 2001. Konflik yang terjadi juga beragam, dari insiden kekerasan, pelepasan wilayah dari negara Yugoslavia, hingga masalah sosial dan politik yang tak kunjung usai.

Latar Belakang Konflik Yugoslavia

Latar Belakang Konflik Yugoslavia

Hadirnya konflik di wilayah Yugoslavia disebabkan oleh banyak faktor. Ada faktor internal yang berasal dari negara tersebut, ada pula faktor eksternal dari luar negeri, diantaranya:

1. Perang Dingin yang Usai

Keruntuhan Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin jadi salah satu faktor adanya kerusuhan di Yugoslavia. Hal ini disebabkan pengaruh komunisme yang perlahan surut, sehingga menyisakan negara kapitalis besar seperti Cina dan Amerika Serikat.

Belum lagi negara di wilayah Eropa membentuk Uni Eropa, yang membuat mereka menjadi negara kuat dan mendominasi. Padahal keberadaan Uni Soviet menjadi landasan mengapa Yugoslavia terbentuk. Jika Uni Soviet runtuh, maka Yugoslavia kehilangan alasan untuk menjadi negara yang satu.

2. Meninggalnya Josip Tito

Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito, terpilih pada 1953 dan menjadi sosok karismatik yang menyatukan negara ini. Di bawah kepemimpinan Josip, Yugoslavia cukup damai dan mengalami kemajuan yang pesat. Bahkan Yugoslavia sempat menjadi negara kuat di wilayah Eropa Timur.

Keberadaan Josip Tito dianggapmampu menjaga kesatuan federasi yang ada di Yugoslavia, mengingat negara ini punya banyak etnik. Namun pasca kematiannya di tahun 1980, Yugoslavia jatuh ke dalam perang saudara yang tak berkesudahan.

3. Politik dan Ekonomi yang Tak Stabil

Penyebab konflik Yugoslavia lainnya adalah kondisi ekonomi dan politik yang tak stabil. Dengan tidak adanya figur pengganti sebaik Josip Tito, berbagai masalah pun muncul. Salah satunya adalah permasalahan etnik yang membuat kehidupan politik tak berjalan baik.

Masalah politik dan ekonomi ini terus memburuk di akhir tahun 1980-an. Pengganti Josip Tito, Slobodan Milosevic, bahkan kehilangan kewibawaannya karena tak mampu mengatasi masalah ini. Kondisi ini tak kunjung membaik dan menimbulkan efek domino lanjutan.

4. Konflik antar Ras dan Agama

Perpecahan kesatuan antar etnik juga menjadi dampak dari kematian Josip Tito. Karena masalah etnik inilah, Yugoslavia mengalami masalah ras dan agama. Slobodan Milosevic selama menjabat sebagai pemimpin Yugoslavia malah membuat kebijakan diskriminatif.

Kondisi Yugoslavia makin buruk dengan adanya perang antar entik antara Bosnia dan Serbia. Selama perang tersebut, ribuan korban jiwa berjatuhan dan membuat wilayah Yugoslavia makin panas. Ini diperburuk dengan pemerintah pusat yang tak turut mencari penyelesaian untuk kedua etnik tersebut.

5. Perebutan Kekuasaan

Karena Yugoslavia kehilangan pemimpinnya dan pemimpin pengganti tak memuaskan, banyak aksi proklamasi yang negara bagian Yugoslavia lakukan. Perpecahan nasional pun tak terelakkan lagi, apalagi negara bagian yang memisahkan diri ini ingin membuat pemerintahannya sendiri.

Di tahun 1991 saja, 3 negara bagian Yugoslavia, yakni Slovenia, Kroasia dan Bosnia memerdekan negaranya sepihak, tanpa persetujuan federasi ataupun Yugoslavia. Ada pula Serbia yang berusaha tetap menyatuhkan keenam negara ini, namun mendapat penolakan dari berbagai pihak.

Terjadinya Perang di Bosia – Herzegovina

Terjadinya Perang di Bosia – Herzegovina

Berbagai faktor penyebab konflik Yugoslavia diatas membuat suasana negara makin genting. Untuk mengatasi hal tersebut, Yugoslavia sebagai negara federal atau pemerintahan pusat, berusaha mengambil kembali negara-negara yang memerdekakan diri tersebut.

Langkah tersebut dimulai dengan melakukan invasi ke negara bagiannya dan menimbulkan peperangan. Terjadilah konflik fisik dan perang di beberapa tempat, 2 tempat dengan skala peperangan paling besar adalah Bosnia dan Kosovo.

Kondisi ini makin buruk dengan terpusatnya konflik di wilayah Bosnia – Herzegovina. Hal ini bisa terjadi karena di tempat tersebut, 2 etnis juga tengah mengalami konflik, yakni etnis Bosnia dan Serbia. Peperangan dan konflik ini membuat Yugoslavia akhirnya terpecah menjadi beberapa negara bagian.

Penyelesaian Konflik di Yugoslavia

Karena konflik yang berkepanjangan, banyak pihak merasa harus bertindak agar pertikaian di Yugoslavia tak makin buruk, langkah yang dilakukan antara lain:

1. Seruan dari PBB

Sebagai penengah dari segala konflik, PBB memberikan seruan untuk Yugoslavia agar menghentikan berbagai pertikaian dan konflik. PBB memulainya dengan meminta Serbia agar mau menarik tentaranya dari wilayah Bosnia, sehingga konflik fisik bisa diminimalisir.

Tak hanya itu, PBB juga menjatuhkan sanksi yang brutal pada Serbia, sebab Serbia melakukan pembantaian warga Bosnia dengan kejam. Seorang utusan PBB, Yasuki Akasi, diturunkan sebagai mediator untuk mencari jalan tengah agar konflik keduanya segera berakhir.

2. Aksi dari Negara G7

Selain PBB, negara-negara yang tergabung dalam G7 juga turun tangan untuk menengahi konflik Yugoslavia. Perundingan pun dilakukan di Texas, Amerika Serikat, dengan keputusan menekan Serbia agar menghentikan serangan militer di Kroasia.

Negara G7 juga meminta Serbia agar menyelesaikan konflik secara damai, sehingga tak jatuh korban jiwa lagi. Dalam perundingan tersebut, anggota G7 juga mengecam Serbia yang melakukan tindakan sadis dan brutal dalam konflik tersebut.

3. NATO Turun Tangan

Tidak ingin ketinggalan, NATO juga turun tangan membantu konflik yang ada di Yugoslavia. NATO mengirimkan pasukan tentara ke wilayah Bosnia untuk menciptakan wilayah yang damai dan melindungi warga Bosnia.

NATO juga menyeru Serbia untuk tak menyerang Bosnia supaya tak timbul peperangan lanjutan. Jika Serbia tetap merengsek masuk ke Bosnia, maka NATO akan menyerang Serbia dengan serangan udara karena tak mentaati perintah.

4. Bantuan Indonesia

Konflik berkepanjangan di Yugoslavia juga membuat Indonesia berniat membantu. Saat itu Indonesia menjadi pemimpin di gerakan Non Blok. Presiden Soeharto pun mengusulkan agar perundingan dilakukan antara Bosnia dan Serbia.

Sebagai bentuk dukungan, Presiden Soeharto juga mengirimkan pasukan militer ke Yugoslavia. Pasukan tersebut berisi 25 perwira ABRI bernama Kontingen Garuda XIV. Kontingen ini dipimpin langsung oleh Letkol Infantri Edi Budianto.

5. Perundingan Dayton

Akhirnya pada November 1995, konflik Yugoslavia mulai mendapati titik terang dengan adanya Perundingan Dayton. Dalam perundingan tersebut, ada beberapa kesepakatan yang di putuskan, antara lain:

  • Bosnia – Herzegovina akan menjadi negara tunggal dan diakui secara internasional.
  • Ibu kota Sarajevo bersatu di bawah Federasi Muslim Bosnia – Kroasia.
  • Pengungsi berhak kembali ke tempat negaranya semula.
  • Pemilu akan dilangsungkan 6 – 9 bulan setelah perjanjian Paris.

Dampak Keruntuhan dan Konflik Yugoslavia

Dampak konflik Yugoslavia tentunya dirasakan banyak pihak, terutama di bidang sosial, politik dan juga ekonomi. Dengan berakhirnya konflik ini, muncul negara baru di kawasan Eropa Timur dari pecahan negara federasi Yugoslavia.

Tak hanya itu, setelah konflik, terjadi krisis sosial yang berlangsung di Semenanjung Balkan. Adanya konflik ini juga menjadi ancaman kedamaian dunia yang tercapai pasca selesainya Perang Dingin antara Uni Soviet dan AS.

Konflik Yugoslavia memang termasuk dalam konflik yang cukup kompleks. Dengan bantuan banyak pihak, akhirnya konflik ini pun selesai.

Baca Juga:

Artikel Terkait